Selasa, 14 Juni 2011

STRATEGI PEMBELAJARAN ROSULULLAH SAW

    STRATEGI PEMBELAJARAN ROSULULLAH SAW

Oleh : Sumarno


 

A. Latar Belakang

Kalau kenal Rosulullah, pastinya kita kenal yang namanya kota Mekkah, sebuah kota yang tandus penuh bebatuan dihuni oleh banyak orang dengan suku, karakter, pola hidup yang berbeda. Dikota inilah Rosulullah Saw dilahirkan dan dibesarkan. Kota yang sekarang diidam-idamkan banyak orang untuk menyempurnakan rukun Islam yang ke lima ( ibadah haji ), ternyata dahulu masyarakatnya ( Arab ) terkenal dengan sebutan masyarakat jahiliyah atau kebodohan.

Kebodohan masyarakat Arab mencakup segala hal ( multidimensi ) baik dalam bidang agama, moral dan hukum, dengan karakter masyarakat yang berwatak keras dan suka bermusuhan. Ditengah-tengah masyarakat jahiliyah inilah Rosulullah dilahirkan. Rosulullah untuk berfikir bagaimana menghadapi masyarakat jahilliah semacam ini.

Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama Tauhid yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Ibrahim A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Dalam bidang moral, masyarakat Arab jahiliah telah menempuh cara-cara yang sesat, seperti:

  • Bila terjadi peperangan antarkabilah, maka kabilah yang kalah perang akan dijadikan budak oleh kabilah yang menang perang.
  • Menempatkan perempuan pada kedudukan rendah.Dalam masyarakat Arab jahiliah perempuan tidak berhak mewarisi harta peninggalan suaminya, ayahnya, atau anggota keluarga yang lain. Bahkan seorang wanita (istri) boleh diwarisi anak tirinya atau anggota keluarga lain dari suaminya yang telah mati.
  • Memiliki kebiasaan buruk , yakni berjudi dan minum minuman keras. Dalam bidang hukum mereka beranggapan bahwa berjudi, bermabuk mabukan, berzina, mencuri, merampok, membunuh, bukan merupakan perbuatan yang salah,mereka berbuat berdasarkan keinginannya. Hukum yang diterapkan adalah hukum rimba, mana yang kuat baik fisik atau ekonomi itulah yang menang.

Dalam kondisi dan situasi yang demikian jahiliahnya,Rosulullah mendapat tugas dari Allah untuk memperbaiki masyarakat tersebut. Baik dalam hal ketauhidannya, akhlaknya, dan ekonominya. Rosulullah beranggapan meskipun terjadi krisis multidimensi pada masyarakat Arab, namun, bagi Rosulullah masih ada sifat yang baik yang harus dibangun pada masyarakat Arab pada umumnya, sebagai contoh memiliki sifat keberanian dan kepahlawanan, suka menghormati tamu, murah hati, dan mereka mempunyai harga diri. Dalam bidang perdagangan misalnya, para pedagang dari kabilah Quraisy, berdagang pada musim panas ke negeri Syam (sekarang Suriah, Libanon,Palestina, dan Yordania) dan pada musim dingin ke Yaman (lihat Q.S Quraisy, 106: 1-4). Mereka memperdagangkan bulu domba, unta, kulit binatang dan tali. Mereka mempunyai sifat keuletan. Dalam situasi masyarakat yang mengalami krisis multidimensi inilah maka Rosulullah harus mampu menjalankan tugasnya dari Allah untuk memperbaikinya. Dari latar belakang inilah maka penulis ingin menyampaikan beberapa masalah yang harus dibahas yaitu : pertama gambaran/keadaan secara umum masyarakat Mekkah sebelum dan sesudah diutusnya Muhammad sebagai Rosul, kedua Strategi yang diterapkan Rosulullah menghadapi masyarakat jahiliyah.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut diatas maka penulis membuat suatu rumusan masalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana gambaran/keadaan secara umum masyarakat Mekkah sebelum dan sesudah diutusnya Muhammad sebagai Rosul ?

2. Bagaimanakah strategi pendidikan Rosulullah masa itu ?

3. Bagaimanakah kurikulum, model,metode, evaluasi pendidikan masa Rosulullah ?

C. Pembahasan                                 

1. Strategi Pembelajaran.

Menurut Wina Sanjaya, "Strategi Pembelajaran merupakan salah satu materi penting dalam upaya menciptakan efektivitas pembelajaran. Instrumen-instrumen yang terkait dengan pembelajaran tersebut sangat erat terkait dengan sebuah strategi pembelajaran yang juga menjadi bagian integral dari rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai komponen pembelajaran. Bahkan seorang tokoh pendidikan,

Menurut Kemp, strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sementara itu menurut Dick dan Carey, strategi pembelajaran lebih diartikan sebagai suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

Dari pengertian strategi pembelajaran di atas, setidaknya ada dua hal penting yang terkait, yaitu : pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan), termasuk penggunana metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran; kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.

Dua kategorisasi di atas, dalam kenyataannya menemukan perbedaan dengan pendapat Saiful Bahri dkk. Menurut mereka, ada empat strategi mendasar dalam proses pembelajaran, antara lain; (1) mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan; (2) memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat; (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik proses pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan proses pembelajaran; (4) menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran.

Dari uraian di atas, strategi pembelajaran merupakan konsep penting dalam mendesain kegiatan pembelajaran. Karena terdapat beberapa masalah sehubungan dengan strategi pembelajaran yang secara keseluruhan diklasifikasi menjadi sembilan, yaitu : (1) konsep dasar strategi pembelajaran; (2) sasaran kegiatan belajar; (3) proses pembelajaran sebagai suatu sistem; (4) hakikat proses pembelajaran; (5) perilaku siswa; (6) pola-pola belajar siswa; (7) memilih sistem pembelajaran; (8) pengorganisasian kelompok belajar; (9) pengelolaan atau implementasi proses pembelajaran.

Konseptualisasi strategi pembelajaran di atas jauh sebelumnya sudah diterapkan oleh Rosulullah sebagai paradigma pembelajaran. Sebagai sebuah rencana, strategi pembelajaran sangat berguna bagi proses pembelajaran itu sendiri dan menjadi bahan evaluasi dengan lain ungkapan, strategi pembelajaran diartikan sebagai desain awal proses pembelajaran yang meliputi perencanaan, proses dan evaluasi. Karena sebagai sebuah konsep yang bersifat universal, maka strategi pembelajaran sesungguhnya disusun untuk memenuhi subjek proses pembelajaran yaitu guru dan siswa.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang ada mengatakan dua hal, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Namun ada juga yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu ada tiga yaitu : faktor raw input, environmental input dan instrumental input. Di samping itu bahkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran dikemukakan secara fokus terhadap subjek pembelajaran, berbeda dengan klasifikasi yang pertama dan kedua. Adanya perbedaan instrumen yang terkait dengan pembelajaran tersebut, penulis secara sistematis berupaya menguraikan kedua perbedaan tersebut. Pendapat Dr. Wing Sanjaya, M.Pd, yang menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran, dengan menyebut empat faktor yaitu faktor guru, faktor siswa, sarana dan prasarana dan lingkungan.

Bagan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

2. Gambaran umum masyarakat Mekkah sebelum dan sesudah pengangkatan Muhammad sebagai Rosul.     

Mekkah, sebuah kota yang tandus penuh bebatuan dihuni oleh banyak orang dengan suku, karakter, pola hidup yang berbeda.

Dikota inilah Rasulullah SAW lahir yaitu pada hari senin tepatnya tanggal 12 Rabi'ulawal tahun gajah atau tanggal 20 April 671 Masehi. Pada awal kelahirannya hingga diangkatnya sebagai Nabi, Beliau berada ditengah - tengah masyarakat Arab Jahiliyyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Kebodohan masyarakat Arab yang multidimensi waktu itu baik dalam bidang agama, moral dan hukum,

Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama Tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Ibrahim A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Dalam bidang moral, masyarakat Arab jahiliah telah menempuh cara-cara yang sesat, seperti:

  • Bila terjadi peperangan antarkabilah, maka kabilah yang kalah perang akan dijadikan budak oleh kabilah yang menang perang.
  • Menempatkan perempuan pada kedudukan rendah.Dalam masyarakat Arab jahiliah perempuan tidak berhak mewarisi harta peninggalan suaminya, ayahnya, atau anggota keluarga yang lain. Bahkan seorang wanita (istri) boleh diwarisi anak tirinya atau anggota keluarga lain dari suaminya yang telah mati.
  • Memiliki kebiasaan buruk , yakni berjudi dan minum minuman keras. Dalam bidang hukum antara lain mereka beranggapan bahwa berjudi, bermabuk mabukan, berzina, mencuri, merampok, membunuh, bukan merupakan perbuatan yang salah, mereka berbuat sekehendak hati. Hukum yang diterapkan adalah hukum rimba, mana yang kuat baik fisik atau ekonomi itulah yang menang.

    Dalam kondisi dan situasi yang demikian jahiliahnya,Rosulullah mendapat tugas dari Allah untuk memperbaiki masyarakat tersebut. Baik dalam hal ketauhidannya, akhlaknya, dan ekonominya. Rosulullah beranggapan meskipun terjadi krisis multidimensi pada masyarakat Arab, namun, bagi Rosulullah masih ada sifat yang baik yang harus dibangun pada masyarakat Arab pada umumnya, sebagai contoh memiliki sifat keberanian dan kepahlawanan, suka menghormati tamu, murah hati, dan mereka mempunyai harga diri. Dalam bidang perdagangan misalnya, para pedagang dari kabilah Quraisy, berdagang pada musim panas ke negeri Syam (sekarang Suriah, Libanon,Palestina, dan Yordania) dan pada musim dingin ke Yaman (lihat Q.S Quraisy, 106: 1-4). Mereka memperdagangkan bulu domba, unta, kulit binatang dan tali. Mereka mempunyai sifat keuletan.


     

3. Strategi Pendidikan Rosulullah pada masa perkembangan Islam periode Mekkah

Dalam mengatur Strategi Pembelajaran, Rosulullah menggunakan beberapa tahapan :

1. Tahapan Pembelajaran

a). Tahap Rahasia dan Perorangan

Pada awal turunnya wahyu pertama (the first relevation), al-Quran surat 96 ayat 1-5, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosial politik yang belum stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekatnya. Mula-mula Rasulullah mendidik istrinya, Khadidjah, untuk beriman dan menerima petunjuk-petunjuk Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali bin Abi Thalib (anak pamannya) dan Zait bin Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya, yang kemudian diangkat menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat karibnya, Abu Bakar Siddiq. Secara berangsur-angsur ajakkan tersebut disampaikan secara meluas, tetapi masih terbatas dikalangan keluarga dekat suku Quraisy saja. Seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awam, Sa'ad bin Abi Waqas, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah bin Jahrah, Arkam bin Arqam, Fatimah binti Khattab, Said bin Zaid dan beberapa orang lainnya, mereka semua tahap awal yang mula-mula masuk Islam. Sebagai lembaga pendidikan dan pusat kegiatan pendidikan Islam yang pertama pada era awal ini adalah rumah Arqam bin Arqam.

Pendidikan secara rahasia dan perorangan berlangsung selama tiga tahun, sampai turun wahyu berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terang-terangan. Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di bukit Shafa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang keras dihari kemudian (hari kiamat), bagi orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut dijawab Abu Lahab, "Celakanya kamu Muhammad ! Untuk inikah kamu mengumpulkan kami ?" Saat itu diturunkan wahyu yang menjelaskan perihal Abu Lahab dan istrinya.

b). Tahap Terang-terangan

Perintah dakwah secara terang-terangan dilakukan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk Islam. Di samping itu, keberadaan rumah Arqam bin Arqam sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam, sudah diketahui oleh kafir Quraisy.

c). Tahap untuk Umum

Seruan dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga dekat, kelihatannya belum berhasil secara maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan. Seruan dalam skala "internasional" tersebut, didasarkan kepada perintah Allah, surat al-Hijr ayat 94-95. Sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji. Pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali sekelompok jamaah haji dari Yatsrib, kabilah Khazraj, yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar Islam memancar ke luar Makkah.

Penerimaan masyarakat Yatsrib terhadap ajaran Islam secara antusias tersebut dikarenakan beberapa faktor : (1) adanya kabar dari kaum Yahudi akan lahirnya seorang Rasul, (2) suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok Yahudi, (3) konflik antara Khazraj dan Aus yang berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama, oleh karena itu mereka mengharapkan pemimpin yang mampu melindungi dan mendamaikan mereka. Berikutnya, di musim haji pada tahun kedua belas kerasulan Muhammad Saw, Rasulullah didatangi dua belas orang laki-laki dan seorang wanita untuk berikrar kesetiaan, yang dikenal dengan "Bai'at al-Aqabah I". Mereka berjanji tidak akan menyembah selain kepada Allah SWT, tidak akan mencuri dan berzina, tidak akan membunuh anak-anak dan menjauhkan perbuatan-perbuatan keji serta fitnah, selalu taat kepada Rasulullah dalam yang benar, dan tidak mendurhakainya terhadap sesuatu yang mereka tidak inginkan.

Berkat semangat tinggi yang dimiliki para sahabat dalam mendakwahkan ajaran Islam, sehingga seluruh penduduk Yatsrib masuk Islam kecuali orang-orang Yahudi. Musim haji berikutnya 73 orang jamaah haji dari Yatsrib mendatangi Rasulullah, berikrar akan selalu setia dan melindungi Rasulullah, dan menetapkan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya di tempat yang sama pelaksanaan Bai'at al-Aqabah I tahun yang lalu, yang dikenal dengan nama Bai'at al-Aqabah II, dan mereka bersepakat akan memboyong Rasulullah ke Yatsrib. Inilah bentuk dakwah Rasulullah secara umum, dakwah kepada umat manusia yang datang dari seluruh penjuru bumi berhaji ke Makkah.


 

2. Mendirikan Lembaga Pendidikan Islam dan Materi Pembelajaran


 

a). Lembaga Pendidikan pada Fase Makkah

Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah, ada dua macam/tempat, yaitu : (1) rumah Arqam bin Arqam, rumah ini merupakan lembaga pendidikan pertama atau madrasah yang pertama sekali dalam Islam; (2) kuttab, dalam sejarah pendidikan Islam, istilah kuttab telah dikenal dikalangan bangsa Arab pra-Islam. Dalam bukunya Samsul Nizar dikatakan bahwa, kuttab sebagai lembaga pendidikan terbagi dua. Pertama, kuttab berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab, dan sebagian besar gurunya non-Muslim. Kuttab jenis pertama ini merupakan lembaga pendidikan dasar yang hanya mengajarkan baca tulis. Kedua, kuttab sebagai pengajaran al-Quran dan dasar-dasar agama Islam. Pengajaran teks al-Quran pada jenis kuttab yang kedua ini, setelah qurra dan huffiazh (ahli bacaan dan penghafalan al-Quran) telah banyak. Guru yang mengajarkannya adalah dari umat Islam sendiri. Jenis institusi kedua ini merupakan lanjutan dari kuttab tingkat pertama, setelah siswa memiliki kemampuan baca tulis. Pada jenis yang kedua ini siswa diajari pemahaman al-Quran, dasar-dasar agama Islam, juga diajarkan ilmu gramatika bahasa Arab dan aritmatika. Sementara kuttab yang didirikan oleh orang-orang yang lebih mapan kehidupannya, materi tambahannya adalah menunggang kuda dan berenang. Sesuai dengan tugas yang diembankan kepadanya serta kondisi lingkungan yang ada pada zamannya, materi pembelajaran yang disampaikan oleh Rasulullah kepada masyarakat di lingkungannya tidak dalam masalah karier, politik dan keduniaan, tetapi lebih terfokus kepada pembinaan aqidah, akhlak umat dan al-Quran.

b). Lembaga Pendidikan pada Fase Madinah

Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah, salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Masjid itulah pusat kegiatan Rasulullah bersama kaum Muslimin, untuk secara bersama-sama membina masyarakat baru. Meskipun demikian eksistensi kuttab sebagai lembaga pendidikan di Madinah, tetap dimanfaatkan setelah hijrah ke Madinah. Bahkan materi dan penyajiannya lebih dikembangkan seiring dengan semakin banyaknya wahyu yang diterima Rasulullah, misalnya materi jual beli, materi keluarga, materi sosial politik, tanpa meninggalkan materi yang sudah biasa dipakai di Makkah seperti materi akidah, akhlak dan al-Quran

Dalam sejarah Islam, masjid yang pertama kali dibangun Nabi adalah Masjid At-Taqwa di Quba pada jarak perjalanan kurang lebih 2 mil dari kota Madinah ketika Nabi berhijrah dari Makkah (QS. At-Taubah : 108). Rasulullah membangun sebelah utara Masjid Madinah dan Masjid Al-Haram yang disebut al-Suffah, untuk tempat tinggal orang-orang fakir miskin yang tekun menuntut ilmu. Mereka dikenal dengan "ahli suffah". Pembangunan masjid tersebut bertujuan untuk memajukan dan menyejahterakan kehidupan umat Islam. Di samping itu, masjid juga memiliki multifungsi, di antaranya sebagai tempat beribadah, kegiatan sosial-politik, bahkan lebih dari itu, masjid dijadikan sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam.

Materi pembelajaran Rasulullah, yang bersifat fundamental telah digariskan oleh Allah SWT, seperti terdapat dalam QS. Al-Jumu'ah ayat 2 :

uqèd
Ï%©!$#
y]yèt/
Îû
z`¿ÍhÏiBW{$#
Zwqßu
öNåk÷]ÏiB
(#qè=÷Ftƒ
öNÍköŽn=tã
¾ÏmÏG»tƒ#uä
öNÍÏj.tãƒur
ãNßgßJÏk=yèãƒur
|=»tGÅ3ø9$#
spyJõ3Ïtø:$#ur
bÎ)ur
(#qçR%x.
`ÏB
ã@ö6s%
Å"s9
9n=|Ê
&ûüÎ7B
ÇËÈ

"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata".


 

Buta huruf yang dimaksud ayat di atas adalah, mereka (bangsa Arab) tidak mempunyai pengetahuan tentang Allah SWT dan Rasul-Nya, kemudian Allah SWT mengutus seorang Rasul kepada umat yang rusak ini. Muhammad Saw adalah seorang Rasul yang mempunyai tekad yang kuat, sifatnya yang lembut dengan spiritualitas terdalam dan moralitas tertinggi dan melalui Nabi Muhammad Saw tersebut Allah SWT akan membimbing mereka dalam rangka menjadi orang yang cerdas dan kelak akan menjadi pemimpin manusia.

Kalimat membacakan ayat-ayat-Nya dan mensucikan mereka, menunjukkan bahwa Rasulullah SWT akan mengajarkan mereka tentang makna al-Quran dan penciptaan dengan cara bertahap dan memberi tahu mereka bagaimana untuk menjadi manusia sempurna dengan berjuang meraih kesempurnaan spiritual. Allah SWT membimbing mereka melalui Rasul-Nya menuju derajat yang lebih tinggi dengan menjelaskan al-Quran dan semesta kepada mereka, dan memperlihatkan mereka secara rinci bagaimana menuju kehidupan yang seimbang dan baik dalam setiap bidang kegiatan.

Dari ayat di atas nampak jelas bahwa materi pendidikan yang harus diemban oleh Rasulullah berkenaan dengan persoalan yang mendasar yakni pengenalan dan penyadaran umat terhadap Allah SWT (aqidah), selanjutnya menjadikan al-Quran sebagai pedoman hidup manusia sehingga manusia yang secara fitrah suci ketika dilahirkan, tetap dalam keadaan suci ketika menghadap Allah SWT.

Dalam al-Quran dan tafsirnya yang diterbitkan oleh Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, QS. al-Jum'ah ayat dua tersebut mengandung tiga materi pokok yang harus dilaksanakan oleh Rasulullah. Yakni : pertama, membacakan ayat-ayat suci al-Quran yang di dalamnya terdapat petunjuk dan bimbingan untuk memperoleh kebaikan dunia dan akhirat. Kedua, membersihkan masyarakat dari aqidah yang menyesatkan, dosa kemusyrikan, sifat-sifat jahiliyah yang biadab sehingga mereka itu berakidah tauhid meng-Esakan Allah SWT, tidak tunduk kepada pemimpin yang menyesatkan dan tidak percaya lagi kepada sesembahan mereka seperti batu, pohon dan sebagainya. Ketiga, mengajarkan kepada mereka (masyarakat) syari'at agama beserta hukum-hukumnya serta hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya.

3. Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum pendidikan Islam pada masa Rasulullah baik di Mekkah maupun di Madinah adalah al-Qur'an yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami umat Islam pada saat itu, karena hal ini dalam hal prakteknya tidak saja logis dan rasional, tetapi juga fitrah dan pragmatis.

4. Model Pembelajaran Rasulullah

Berdasarkan hadis-hadis yang ada, dalam kontek pembelajaran, Nabi Muhammad Saw sangat kaya dengan strategi dalam menyampaikan pesan-pesan pendidikannya, sehingga tujuan pendidikan yang dikehendaki dapat tercapai dengan baik. Beberapa model pembelajaran yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw antara lain :

1. Mendidik dengan Contoh Teladan

Rasulullah merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin diajarkan melalui tindakannya dan kemudian menerjemahkan tindakannya ke dalam kata-kata. Bagaimana memuja Allah SWT, bagaimana bersikap sederhana, bagaimana duduk dalam shalat dan do'a, bagaimana sujud dengan penuh perasaan, bagaimana tunduk, bagaimana menangis kepada Allah SWT di tengah malam, bagaimana makan, bagaimana tertawa, bagaimana berjalan, semua itu dilakukan oleh Rasulullah Saw. Seluruh perilaku Rasulullah Saw tersebut kemudian menjadi acuan bagi para sahabat sekaligus merupakan materi pendidikan yang tidak langsung.

Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah salah satu strategi pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya, hal ini sudah dibuktikan oleh Nabi Muhammad saw. Sebagai hasilnya, apapun yang diajarkan dapat diterima dengan segera dari dalam keluarga dan oleh masyarakat pengikutnya, karena ucapannya menembus ke hati mereka. Segala yang dicontohkan oleh Rasulullah dalam kehidupannya merupakan cerminan kandungan al-Qur'an secara utuh, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ahzab ayat 21 : "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah".

Beberapa perilaku Nabi Muhammad Saw yang menjadi "uswah hasanah" antara lain adalah kesederhanaan Rasulullah Saw. Dalam kedudukannya seperti itu, Nabi Muhammad Saw tidak pernah menganggap dirinya lebih besar dan lebih hebat dibandingkan dengan orang lain, ia tidak gila penghormatan dari orang lain, ia hidup dan berpakaian seperti orang paling miskin, ia duduk dan makan bersama-sama dengan masyarakat (termasuk budak dan hamba sahaya), tidurnya beralaskan tikar yang terbuat dari pelepah daun kurma, sehingga ketika ia bangun dari tidurnya masih nampak goresan-goresan tikar di pipinya.

1.1. Mendidik dengan Targhib dan Tarhib

Kata targhib berasal dari kata kerja ragghaba yang berarti menyenangi, menyukai dan mencintai, kemudian kata itu diubah menjadi kata benda targhib yang mengandung makna "suatu harapan untuk memperoleh kesenangan, kecintaan dan kebahagiaan". Semua itu dimunculkan dalam bentuk janji-janji berupa keindahan dan kebahagiaan yang dapat merangsang atau mendorong seseorang sehingga timbul harapan dan semangat untuk memperolehnya. Secara psikologi, cara itu akan menimbulkan daya tarik yang kuat untuk menggapainya. Sedangkan istilah tarhib berasal dari kata rahhaba yang berarti menakut-nakuti atau mengancam. Lalu kata itu diubah menjadi kata benda tarhib yang berarti ancaman hukuman.

Untuk kedua istilah itu, Al-Nahlawi mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan yang membuat senang terhadap suatu yang maslahat, terhadap kenikmatan atau kesenangan akhirat yang baik dan pasti serta suka kepada kebersihan dari segala kotoran, yang kemudian diteruskan dengan melakukan amal saleh dan menjauhi kenikmatan selintas yang mengandung bahaya dan perbuatan buruk. Sementara tarhib ialah suatu ancaman atau siksaan sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang Allah SWT atau akibat lengkah dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah SWT.

Rasulullah dalam rangka menyampaikan pendidikan kepada masyarakat terkadang dengan ungkapan yang bersifat pemberian rangsangan (targhib) atau dengan ungkapan-ungkapan yang bersifat ancaman (tarhib), kedua sifat ungkapan ini dilakukan oleh Rasulullah Saw semata-mata sebagai sebuah strategi, agar pesan-pesan pendidikan dapat sampai kepada obyek pendidikan. Salah satu bentuk dari targhib yang dilakukan oleh Rasulullah Saw adalah rangsangan untuk mau menolong antar sesama. Hadis riwayat Muslim dari Abu Qatadah menyatakan : "Barang siapa yang ingin diselamatkan Allah dari kesulitan-kesulitan hari kiamat, maka hendaklah dia meringankan beban orang yang susah atau menghapus utangnya".

Bentuk Tarhib (ancaman) Rasulullah salah satunya adalah ancaman bagi orang yang bersumpah palsu. Hadis riwayat Imam Ahmad dari Ahnaf ibn Qais ra. : "Sesungguhnya tidaklah seorang hamba atau seorang laki-laki memotong (mengambil) harta orang lain dengan sumpahnya, melainkan dia akan menemui Allah nanti pada hari yang dia menemui-Nya dalam keadaan terpotong (cacat tubuhnya)".

1.2. Mendidik dengan Nasihat

Nabi Muhammad Saw sering sekali kedatangan masyarakat dari berbagai kalangan, mereka datang kepada Nabi Muhammad Saw khusus untuk meminta nasihat tentang berbagai hal. Siapa saja yang datang untuk meminta nasihat kepada Rasulullah Saw, beliau selalu memberikan nasihat sesuai dengan permintaan, selanjutnya nasihat tersebut dijadikan pegangan dan landasan dalam kehidupan mereka.

Dari banyak peristiwa tentang pemberian nasihat Nabi Muhammad Saw kepada yang meminta nasihat (seperti tersebar dalam beberapa buku hadis), salah satu contoh pembelajaran Nabi melalui nasihat antara lain adalah Nasihat tentang menjaga amanat. Hadis riwayat Bukhari, Abu Dawud, Al-Tirmizi dari Abu Hurairah : "Tunaikan amanat itu untuk orang yang memberi kepercayaan kepadamu dan jangan engkau khianat terhadap orang yang telah berkhianat kepadamu".

1.3. Mendidik dengan cara Memukul

Dalam hal tertentu, khususnya untuk membiasakan mengerjakan shalat bagi setiap muslim sejak dini, Rasulullah Saw menganjurkan kepada setiap orang tua untuk menyuruh (dengan kata-kata) kepada setiap anaknya, ketika mereka berusaha tujun tahun agar mau melaksanakan ibadah shalat, selanjutnya Rasulullah Saw menganjurkan jika anak pada usia sepuluh tahun belum mau melaksanakan shalat maka pukullah ia.

Memahami maksud memukul ini mengandung makna yang sangat dalam, mengingat Rasulullah Saw sendiri dalam kontek pendidikan, tidak pernah memukul (dengan tangan) selama hidupnya. Perintah ini hanyalah menunjukkan ketegasan Rasulullah Saw untuk menanamkan kebiasaan positif yang harus dimulai sejak anak-anak. Hadis riwayat Ahmad dan Abu Daud dari Amir ibn Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata : "Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat dikala mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena mereka tidak mengerjakannya dikala mereka berumur 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidurnya".

Memahami perintah memukul dalam hal ini tidak dilandasi oleh emosional dan kemarahan, tetapi sebaliknya memukul dalam konteks hadis di atas, harus dilandasi dengan kasih sayang, keikhlasan dan dengan tujuan semata-mata karena Allah SWT. Dalam peristiwa yang lain (bukan dalam hal shalat) Rasulullah Saw bersabda : bahwa sebaiknya pukulan itu dilakukan tidak berkali-kali, bahkan cukup satu kali saja. Hadis riwayat Bukhari dari Anas ibn Malik ra : "… sesungguhnya kesabaran itu ketika pukulan pertama".

Rasulullah saw sangat berhati-hati dalam setiap perkataannya, sehingga setiap orang yang mendengarkan sabdanya tidak salah dalam menafsirkan, dalam persoalan "memukul" Rasulullah Saw membedakan antara pukulan dengan maksud pendidikan shalat (seperti Hadis di atas) dengan pukulan pada hukuman yang memang seharusnya dilakukan, seperti bunyi hadis berikut ini. Hadis riwayat Bukhari Muslim dari Abu Burdah ra., bahwa Nabi bersabda : "Tidak boleh dipukul dari sepuluh kali kecuali dalam had yang telah ditentukan hukum had oleh Allah Swt".

Dalam hal ini Rasulullah Saw tidak bermaksud "memukul" untuk menyakiti, karenanya beliau tidak memperkenankan memukul di bagian-bagian vital seperti muka, kepala dan dada. Sikap Rasulullah Saw ini terbukti ketika dalam sebuah peristiwa perang terjadi perkelahian yang saling memukul muka (pipi), Rasulullah Saw sangat khawatir dengan pemandangan itu kemudian bersabda : "Apakah kau biarkan tangannya dimulutmu dan kau pecahkan dia seperti memecahkan kepala binatang" (HR. AlThahawi dan 'Atha dari Shafwan ibn Ya'la ibn Umayah).

Uraian tersebut di atas, dapatlah disimpulkan bahwa perintah "memukul" hanya dalam masalah shalat, hal ini menggambarkan bahwa shalat adalah salah satu ibadah yang paling pokok dan tidak boleh diabaikan seperti juga sabda beliau bahwa "Shalat itu merupakan tiang agama, barang siapa yang telah mendirikan shalat maka ia telah mendirikan agama dan barang siapa yang meninggalkan shalat maka ia telah menghancurkan agama", di sisi lain hal ini juga menggambarkan ketegasan Rasulullah Saw dalam menerapkan kebiasaan beribadah sejak dini.

Ucapan Rasulullah saw berkenaan dengan "memukul", dapat juga dimaknai bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw tidak menghendaki pemukulan itu terjadi pada diri anak, ucapan ini hanyalah merupakan ancaman, karena dalam konteks pendidikan ada tipe anak yang memerlukan ancaman agar dapat melaksanakan perintah tentang kebenaran. Rasulullah Saw adalah sosok manusia yang tegas dalam kata-kata dan lembut dalam perbuatan, walaupun ia menyuruh memukul, di sisi lain tidak ditemukan bukti-bukti bahwa Rasulullah Saw pernah melakukan pemukulan terhadap peserta didiknya. Bukti-bukti yang ada justru menerangkan betapa Rasulullah Saw memiliki perilaku yang lemah lembut dan dengan cara-cara yang baik dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam. Jangankah pemukulan yang melukai, menyinggung perasaan dengan kata-kata saja beliau tidak pernah melakukannya.


 

5. Metode Pembelajaran Rasulullah

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. Dengan metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif.

Untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam mengajar para sahabat, Rasulullah Saw menggunakan bermacam-macam metode. Di antara metode yang diterapkan Rasulullah adalah : (1) metode ceramah; (2) dialog, misalnya dialog antara Rasulullah dengan Mu'adz bin Jabal ketika Mu'adz akan diutus sebagai qadi ke negeri Yaman; (3) metode perumpamaan; (4) metode diskusi, misalnya diskusi antara Rasulullah dan para sahabat tentang hukuman yang akan diberikan kepada tawanan perang Badar; (5) metode demonstrasi, misalnya hadis Rasulullah : "sembahyanglah kamu sebagaimana kamu melihat aku sembahyang"; (6) metode pembiasaan, misalnya membiasakan kaum muslimin salat berjama'ah; (7) metode hafalan; (8) metode kisah, misalnya kisah beliau ketika Isra' Mi'raj; (9) metode teguran langsung.

6. Evaluasi Pendidikan

Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan evaluasi. Untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan Rasulullah sering mengevaluasi hafalan para sahabat dengan cara menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat al-Qur'an dihadapannya. Rasulullah juga mengevaluasi kemampuan sahabat untuk dijadikan utusan ke suatu daerah, misalnya dialog Rasulullah dengan Mu'adz ketika diutus sebagai qadi ke negeri Yaman.


 


 

4. Kesimpulan


 

Dari uraian diatas maka penulis menyimpulkan sebagai berikut :

1. Strategi Pembelajaran merupakan salah satu materi penting dalam upaya menciptakan efektivitas pembelajaran. strategi pembelajaran setidaknya ada dua hal penting yang terkait, yaitu : pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan), termasuk penggunana metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran; kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.

2. Dalam mengatur Strategi Pembelajaran, Rosulullah menggunakan beberapa tahapan, hal ini dilakukan karena disesuaikan dengan keadaan masyarakat waktu itu.

3. Lembaga Pendidikan Islam dan Materi Pembelajaran Islam sudah ada sejak perkembangan Islam periode Makkah yang didirikan Rosullah di rumah Arqam binArqam.

4.Pembangunan masjid yang pertama dilakukan Rosulullah bertujuan untuk memajukan dan menyejahterakan kehidupan umat Islam. Di samping itu, masjid juga memiliki multifungsi, di antaranya sebagai tempat beribadah, kegiatan sosial-politik, bahkan lebih dari itu, masjid dijadikan sebagai pusat dan lembaga pendidikan Islam.

5. Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah salah satu strategi pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya, hal ini sudah dibuktikan oleh Nabi Muhammad saw.

6. Rosulullah tidak pernah menganjurkan mendirikan Negara Islam, akan tetapi ruh Islam yang ditekankan dalam kehidupan sehari-hari.


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 

Bunyamin, http://fai.uhamka.ac.id/post.php?idpost=16 Tgl posting:31/07/2007, diakses 2 Maret 2008.

Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia (Jakarta : Kencana, 2007)

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, strategi Belajar Mengajar ( Jakarta: Rineka Cipta: 2002).

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan (Jakarta : Prenada Media, 2007).


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar