Rabu, 15 Juni 2011

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA KEIMANAN DAN KETAKWAAN ANAK


  PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA KEIMANAN DAN KETAKWAAN ANAK
Oleh : SUMARNO
A. Latar Belakang
Berdasarkan UU SISDIKNAS  No. 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa “ Pendidikan nasional berdasarkan pancasila bertujuan untuk berkembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, dan mandiri dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggung-jawab”.[1]
Upaya untuk mewujudkan manusia yang beriman yang bertakwa sebagai
diatas, maka guru kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai dalam pendidikan agama, sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton, 4) keterbatasan sarana prasarana, sehingga pengelolan cenderung tujuan inti dari pendidikan tidak bisa lepas dari agama, khususnya agama Islam, sebagai sumber konsep munculnya kata iman dan takwa. Iman merupakan dasar dari ppengembangan sesuatu yang disebut dengan takwa. Iman merupakan suatu ‘itikad dalam hati untuk diucapkan dengan lesan, dan dipraktekkan dengan perbuatan.[2] Takwa merupakan buah dari iman yang dimiliki oleh seseorang, yang mana takwa ini bermakana menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya.
Namun pada kenyataannya pembinaan kualitas manusia yang ditandai dengan keimanan dan ketakwaan seperti yang diharapkan, belum semuanya tersentuh dalam proses pendidikan dewasa ini. Kecanderungan proses pendidikan yang berorientasi pada aspek kognitif masih tinggi. Pembelajaran masih dalam ruang lingkup materi pelajaran belum menyentuh pada nilai dan pembentukan sikap moral, yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional bangsa Indonesia yang diatur dalam UU Sisdiknas no 20 tahun 2003.
Menurut Towaf, ia berpendapat bahwa kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam  disekolah saat ini disebabkan karena : 1) pendekatan cenderung normative, dalam arti pendidikan agama hanya menyajikan norma-norma yang sering kali tanpa ilustrasi social budaya, sehingga peserta didik kurang menghayati nilai agama sebagai nilai yang hiduip dalam keseharian, 2) kurikulum pendidikan agama Islam yang dirancang disekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi, tetapi pihak guru PAI seringkali terpaku padanya sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh, 3) sebagai dampak yang menyertai situasi seadanya. PAI yang diklaim sebagai barometer semua masalah moral dan pembinaan aspek keimanan dan ketakwaaan seringkali kurang mendapat perhatian dan prioritas dalam urusan fasilitas.[3]
Karenanya untuk dapat meningkatakan dan membina manusia yang memiliki nilai keimanan dan ketakawaaan maka diperlukan reformasai pendidikan secara total baik dalam dimensi substansi maupun dalam dimensi proses pembelajaran, termasuk keseimbangan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik disetiap mata pelajaran. Jika kesemuanya dapat berjalan baik, maka untuk mengembangkan nilai keimanan dan ketakwaaan serta moral kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari pada peserta didik akan meningkat.
 Dari penjelasan diatas penulis menemukan masalah sebagai berikut : pertama, pentingnya pemahaman keimanan dan ketakwaan pada setiap orang, kedua, factor-faktor yang mempengaruhi nilai keimanan dan ketakwaan pada setiap orang.
B.  Fokus Penelitian
Latar belakang masalah yang dipaparkan tersebut diatas menfokuskan  studi pada upaya peneliti untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan PAI di sekolah. Strategi apa yang digunakan dalam upaya membina keimanan dan ketakwaan, serta factor-faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan pembinaan keimanan dan ketakwaan siswanya. Maka peneliti berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok diatas.
Dari data dilapangan penulis memfokuskan kajian tentang :
a. Pengembangan PAI disekolah, yang meliputi: 1) tujuan, 2) materi, 3) metode,        dan 4) evaluasi.
b. Pembinaan keimanan dan ketakwaan siswa yang meliputi: 1) tujuan pembinaan, 2) materi pembinaan, 3) metode pembinaan, 4) langkah-lankah pembinaan, 5) factor penghambat dan pendukung pembinaan.         
C.  Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang diatas, penulis mencoba untuk merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pemahaman tentang PAI Disekolah ?
2. Bagaimanakah pengembangan PAI dalam membina  keimanan dan ketakwaan dalam proses pembelajaran di sekolah ?
3.Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung dalam proses pembelajaran terhadap pengembangan keimanan dan ketakwaan disekolah ?
4. Bagaimana pola pembinaan dan ketakwaan yang dilakukan disekolah ?                                     
D.  Pembahasan
     1.  Pengertian PAI di Sekolah
PAI merupakan suatu program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islam, melalui proses pembelajaran, dikemas dalam mata pelajaran, yang diberi nama Pendidikan Agama Islam ( PAI ). PAI memiliki  kurikulum yang rancangannya sesuai dengan sekolah umum, karena berangkat dari suatu pemikiran bahwa PAI disekolah merupakan salah satu media pendidikan Islam, maka segala upaya selalu merujuk pada konsep pendidikan Islam secara utuh.
Dalam struktur kurikulum nasional pendidikan pada sekolah, mata pelajaran agama merupakan mata pelajaran wajib yang harus diberikan disetiap jurusan,program dan jenjang pendidikan, baik disekolah negeri maupun swasta.[4] Hal ini menunjukan bahwa pemerintah memandang penting pendidikan agama untuk diajarkan disekolah. Misi utamanya adalah membina kepribadian siswa secara utuh dengan harapan bahwa siswa kelak akan menjadi siswa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa, mampu mengamalkan ilmunya untuk kesejahteraan umat manusia. Menurut Satrio Soemantri Brodjonegoro profil diatas merupakan tolok ukur sosok manusia Indonesia yang utuh dan diharapkan mampu menjawab berbagai tantangan dalam perkembangan global.[5]Agama bukan sekedar ajaran, akan tetapi merupakan suatu pendidikan yang lebih berorientasi pda pembentukan dan pembinaan seluruh aspek kepribadian peserta didik, bukan sekedar transfer informasi tentang ilmu pengetahuan kepada murid. Pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya, sedangkan pengajaran berorientasi pada pembentukan “ tukang “atau spesialisasi yang terkurung dalam ruang spesialisasinya yang sempit.[6] Berdasarkan keterangan diatas pemberian materi agama Islam disekolah semestinya disampaikan melalui proses pendidikan bukan pengajaran, sesuai dengan namanya Pendidikan Agama Islam ( PAI ). Pokok materi yang diajarkan harus bersumber agama Islam , yaitu al-Qur’an dan al-Hadis. Titik tekannya materi agama Islam adalah pada pembentukan kepribadian yang baik sesuai dengan ajaran agama yang salah stu aspeknya adalah pembekalan pengetahuan tentang agama Islam.Seperti mata pelejaran yang lain PAI memiliki materi, metode, dan system evaluasi terencana. Mengingat posisi PAI disekolah sangat strategis merupakan pelajaran wajib untuk anak didik beragama Islam diberbagai jurusan, program dan jenjang, maka pembelajarannya harus dirumuskan secara baik, meskipun waktunya yang terbatas, namun apabila dikelola secara optimal akan memperoleh hasil yang baik juga.
2. Pengembangan PAI disekolah
Secara umum tujuan pendidikan agama Islam atau kompetensi yang diharapkan dari pembelajaran PAI adalah untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.[7]
Tujuan yang diharapkan mengembangkan PAI adalah : (1) menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) menenamkan nilai-nilai budaya pada umumnya, (3) mengembangkan kepribadian, (4) mengembangkan kepekaan rasa, (5) mengembangkan bakat, (6) mengembangkan minat belajar, (7) meningkatkan budi pekerti yang luhur sesuai dengan agama dan keyakinannya.
Menurut Dahlan M.D bahwa “ tujuan pendidikan agama Islam tidak jauh dari tujuan dienul Islam itu sendiri, yakni agar peserta didik menjadi umat yang berpedoman kepada al-Qur’an dan as-Sunah Rosulullah saw dalm melaksanakan kehidupan dan penghidupan agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan hidup baik lahiriah maupun batiniah didunia dan diakherat.[8]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar